PEMBUATAN
SABUN DENGAN TEKNIK SAPONIFIKASI
I.
PENDAHULUAN
A.
Dasar
Teori
Sejarah Sabun
Sejarah
sabun mandi pertama diketahui sejak abad ke 12 dan mulai dikembangkan pada abad
ke 17 oleh orang-orang inggris menggunakan soda abu, pada awalnya orang
mengenal bahan pembersih alami yang ada disekitar tempat tinggal seperti air,
lumpur, abu, batu apung dan lain-lain dengan kemampuan yang tidak maksimal
untuk membersihkan kotoran karena hanya bisa menghilangkan kotoran diluar (Herbamart,
2011).
Dibeberapa
Negara seperti maroko penggunaan lumpur untuk membersihkan badan sudah menjadi
sebuah tradisi dikalangan bangsawan untuk merawat kesehatan dan kehalusan kulit
serta menjaga kulit tetap kencang dan awet muda, salah satu produk ini masih
digunakan dan beredar diklinik-klinik perawatan kecantikan dengan nama ghassoul
sebagai masker dan lulur mandi serta rambut lumpur. Orang Yunani kuno
menggunakan lilin untuk membersihkan tubuh dan mengolesi minyak serta mencuci
pakaian mereka hanya cukup dengan air di sungai tanpa sabun (Herbamart,
2011).
Dikalangan
masyarakat Indonesia sendiri nenek moyang kita sudah menggunakan sabun alami untuk
membersihkan badan dan pakaian menggunakan produk nabati dari cairan buah
klerak dan sudah tak praktekan sendiri memang bisa membersihkan kotoran untuk
mandi (Herbamart, 2011).
Sebagaimana
dalam sejarah perkembangannya sabun mulai diproduksi secara besar-besaran
sekitar tahun 1622, di amerika produk sabun mulai memasyarakat sejak kedatangan
pendatang dari inggris yang bisa membuat sabun dan pada masa sebelum itu sabun
merupakan produk mewah yang menghasilkan pajak bagi pemerintah inggris pada
masa pemerintahan raja james 1 pada abad ke 19 dan setelah pajak dihapuskan,
sabun menjadi lebih banyak digunakan masyarakat kelas bawah (Herbamart,
2011).
Produksi
sabun skala komersial terjadi pada tahun 1791 sejak kimiawan dari Prancis
mematenkan produk soda abu sebagai bahan baku utama sabun mandi. Saat ini
banyak produk sabun yang beredar di pasaran yang masih menggunakan soda abu dan
beberapa produsen menggunakan bahan alternative
selain soda abu untuk menghemat biaya dan ramah lingkungan serta aman bagi
kulit seperti KOH, SLS, ABS, dan lain-lain (Herbamart,
2011).
Produk-produk
tambahan dalam sabun tersebut ada yang sudah dilarang penggunaanya di luar
negeri seperti ABS yang tidak mudah terurai oleh bakteri pengurai, sebagian
produsen sabun juga masih menggunakan soda abu atau soda api/kaustik soda untuk
menghemat biaya akan tetapi produk ini menyebabkan kulit menjadi mengelupas dan
perih jika mengenai kulit yang sensitive, untuk mengujinya Anda bisa
mengusapkan ke wajah dan biarkan beberapa menit, jika merasa perih bisa jadi
bahan baku sabun tersebut menggunakan kaustik soda, hal ini jarang terjadi
terhadap produk sabun herbal karena sabun herbal selain menggunakan bahan
pilihan juga banyak mengandung herbal yang mampu merawat kulit dan memberi kelembaban
seperti minyak zaitun dan lain-lain (Herbamart,
2011).
Pengertian
Sabun
Sabun
adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan
Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan
rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik) panjang dengan jumlah
atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok
alkali atau ion ammonium (Diah Pramushinta, 2011).
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana
publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di
negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun
sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan (Anonim,2013).
Banyak
sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak
atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium
atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui
suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari
pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti
minyak zaitun (Ralph J. Fessenden, 1992).
Sifat
sifat fisik sabun yang perlu diketahui oleh design
engineer dan kimiawi adalah sebagai berikut menurut (Diah Pramushinta, 2011) :
1.Viskositas
Setelah
minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan dihasilkan sabun yang
memiliki viskositas yang lebih besar dari pada minyak atau alkali. Pada suhu di
atas 75oC viskositas sabun tidak dapat meningkat secara signifikan,
tapi di bawah suhu 75oC viskositasnya dapat meningkatkan secara
cepat. Viskositas sabun tergantung pada temperature sabun dan komposisi lemak
atau minyak yang dicampurkan.
2. Panas
Jenis
Panas jenis
sabun adalah 0,56 Kal/g.
3.Densitas
Densitas
sabun murni berada pada range 0,96g/ml – 0,99g/ml.
Sifat – Sifat Sabun
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah
garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial
oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa
+ H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa.
Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa
+ CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan.
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak)
digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai
hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) dan larut dalam zat organic
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air (Vii afida, 2012).
Berikut merupakan proses
penghilangan kotoran menurut (Vii afida, 2012):
1. Sabun didalam air
menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan sehingga aii kain
sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat kepermukaan kain.
2.
Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul
kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan
molekul sabun membentuk suatu emulsi.
3.
Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik
molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
Bahan Dasar Pembuatan Sabun
Secara
teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun. Meskipun
demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah
untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun
antara lain (Diah Pramushinta, 2011) :
Minyak
atau Lemak
Minyak
atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Vii afida, 2012).
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan
ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan
mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya (Irdoni dan Nirwana, 2013) :
1. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow
adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Tallow
dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow
dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat
adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari
tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di atas
40°C. Tallow dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam palmitat 24-37%,
asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam linoleat 3-4%, dan asam laurat
0,2%.
2. Lard ( Lemak Babi )
Lard
merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti
asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti asam stearat (35-40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard
berwarna putih dan mudah berbusa.
3. Palm Oil (
Minyak Sawit )
Minyak
sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid
sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus
dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan
bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam
linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan
asam miristat 0,5-1%.
4.Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan
dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan
diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa
memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar
44-52%, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau
tengik.
5. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak
inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan
asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak
jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak
kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam
laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%,
asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin
)
Minyak
sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari
minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar
dalam minyak ini adalah asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu
juga terdapat asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat
1,2-1,3%, asam laurat 0,1- 0,4%
7. Marine Oil
Marine oil
berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak
jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika, bahan baku
pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai massa jenis 0,957-0,963
kg/liter, bilangan iodium 82-88 g I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg
KOH/g. Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa
ester. Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak
86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam
dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown, 1973).
9.
Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak
zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat
yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa
senyawa yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan
squalen. Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di
antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam
oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak
zaitun.
10.
Campuran Minyak dan Lemak
Industri
pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak
yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa
memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun
mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
B.
Tujuan
Membuat sabun dengan metode
saponifikasi dan mengetahui sifat sabun dan kebasaannya.
II.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat yang
digunakan antara lain:
1. Erlenmeyer
2. Gelas ukur
3. Cawan petri
4. Timbangan
analitik
5. Gelas Piala
6. Pipet Volume
7. Corong
8. Kertas saring
9. Batang pengaduk
10. Penangas air
11. Hair Dryer
Bahan yang digunakan antara lain:
1. Mentega
2. Etanol
3. NaOH 25%
4. NaCl jenuh
5. CaCl2 5%
6. FeCl3 5%
7. MgCl2 5%
8. Air panas
9. Es Batu
10. Aquadest
B.
Prosedur
Kerja
1.
Pembuatan
Sabun
2.
Sifat
Sabun
Zat Pengemulsi
Reaki dengan Air Sadah
Kebasaan
(alkalinitas)
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Pembuatan
Sabun
No.
|
Keterangan
|
Berat Endapan yang Dihasilkan
|
1.
|
Berat sabun yang dihasilkan
|
9,69 gram
|
Sifat Sabun
No.
|
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Zat
pengemulsi
|
Ø
5 tetes
minyak + 5 ml air = larutan bening namun ada yang berwarna kuning di
permukaan.
Ø
5
tetes minyak+ 5 ml air + sedikit
sabun= larutan berwarna kuning.
|
2.
|
Reaksi dengan Air Sadah
|
Ø Larutan sabun + CaCl2 5% = larutan putih susu dengan
banyak buih.
Ø Larutan sabun + FeCl3 5% = larutan kuning kecoklatan
dengan buih sabun.
Ø Larutan sabun + MgCl2 5% = larutan putih susu tanpa buih.
Ø Larutan sabun + air kran = larutan putih susu dengan buih.
|
3.
|
Tes
kebasaan (alkalinitas)
|
pH
= 11
|
B.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan
melakukan pecobaan tentang pembuatan sabun dengan menggunakan teknik
saponifikasi. Pembuatan
sabun tergantung pada reaksi kimia organik, yaitu saponifikasi. Lemak direaksi
dengan alkali untuk menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan reaksi dari
saponifikasi adalah:
C3H3(O2CR)3 + NaOH à 3RCOONa + C3H5(OH)3
Lemak minyak Alkali Sabun Gliserin
Saponifikasi merupakan reaksi ekstern yang menghasilkan padan sekitar 65 kalori per kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus kimia diatas, R dapat berupa rantai yang sama maupun berbeda-beda dan biasanya dinyatakan dengan R1, R2, R3. rantai R dapat berasal dari laurat, palmitat, stearat, atau asam lainnya yang secara umum di dalam minyak disebut sebagai eter gliserida. Struktur gliserida tergantung pada komposisi minyak. Perbandingan dalam pencampuran minyak dengan beberapa gliserida ditentukan oleh kadar asam lemak pada lemak atau minyak tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak dengan alkali dengan menggunakan steam terbuka.
Pada percobaan ini digunakan lemak dari mentega. Langkah pertama adalah menambahkan 5 ml etanol dan 5 ml NaOH. Tujuan penambahan NaOH adalah menetralkan sifat asam.
Selain itu penambahan NaOH sebagai pemberi busa pada pembuatan sabun tersebut. Campuran dipanaskan pada suhu 60-70oC lalu akan terbentuk larutan dengan banyak gumpalan-gumpalan kecil. Tujuan dari pemanasan tersebut adalah untuk
menghomogen kan campuran dari lemak mentega dan larutan NaOH. Lalu dinginkan campuran dengan menggunakan batu
es hingga terbentuk 2 lapisan sabun dan Gliserol. Tujuan didinginkan adalah untuk membekukan
campuran dari lemak mentega dan larutan NaOH supaya membentuk sabun padatan.
KESIMPULAN
1. Bahan dasar pembuatan sabun
secara sederhana adalah dengan memanaskan campuran antara lemak/minyak dengan
alkali (basa). Sabun memiliki dua ujung, yang mana salah satu ujungnya sangat
suka larut dalam air, dan ujung satunya lagi sangat suka larut dalam minyak.
2.. Tahap tahap proses pembuatan
sabun ada 4 yaitu, saponifikasi lemak netral, pengeringan, netralisasi asam
lemak, dan penyempurnaan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan
Wilkinson.1989.Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:UI Press
Day &
Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.Jakarta : Erlangga.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta : PT.
Gramedia.
Luthana,
Yissa. 2010. Bahan – bahan Pembuatan Sabun. http://yissaprayogo. wordpress.com/2010/05/07/bahan-bahan-dalam-pembuatan-sabun/.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Perdana, F.K dan Ibnu Hakim, 2009, Pembuatan
Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar
Soda Q, http://eprints.undip.ac.id, 18 Desember 2013.
Suheri,
Fauzan. 2010. Pembuatan Sabun. http://blog.unsri.ac.id/suherifauzan/kampus/pembuatan-sabun/.html.
Diakses pada 2 Mei 2013
Vii afida.
2012.Proses Pembuatan sabun dan detergent. http://viiafida.blogspot.com/2012/11/proses-pembuatan-sabun-dan-detergent.html. Diakses tanggal 18 Desember 2013
LAMPIRAN
Gambar 1. Penyaringan
Sabun
Gambar 2. Reaksi dengan Air Sadah
Keterangan:
1. 5
tetes minyak + 5 ml air
2. 5
tetes minyak + 5 ml air + sedikit sabun
3. Larutan
sabun + CaCl2 5%
4. Larutan
sabun + FeCl3 5%
5. Larutan
sabun + MgCl2 5%
6. Larutan
sabun + air kran